Jumat, 16 November 2012

yanty selalu: yanty selalu: PENCEMARAN UDARA , DAMPAK DAN SOLUSI...


A.    PEMBERIAN OBAT EPIDURAL
1.    Definisi
Epidural merupakan suntikan yang menggunakan obat bius lokal (berasal dari kokain) dan disuntikkan ke dalam ruang-ruang epidural yang melindungi sumsum tulang belakang. 
2.    Tujuan pemberian obat
Untuk menghalau rasa sakit di bagian tubuh tertentu, daripada harus melakukan pembiusan total.
3.    Persiapan Alat
a.    Jarum
b.   Spuit steril
c.    Kapas alkohol
d.   Bengkok
e.    Plester
f.    Gunting
g.   Bak instrumen
h.   Jarum epidural nomer 18
i.     Kateter epidural
j.     Kateter konektor
k.   Epidural filter
l.     Obat yang diperlukan : Bupivacaino 0,5 %, Lidocain 20 mg, MO 6 mg
4.   Prosedur kerja
a.    Kajian adanya kebutuhan pemberian obat, periksa infus intravena dan siapkan alat.
b.   Posisikan ibu sesuai instruksi dokter anestesi, biasanya posisi miring pada kala satu persalinan dan duduk pada kala dua.
c.    Cuci tangan dan periksa kembali obat anestesi lokal.
d.   Bila ibu bebas dari kontraksi, buka penutup filter, desinfeksi port tersebut dengan kapas alkohol dan injeksikan obat anestetik lokal dengan kecepatan 5 ml per 30 detik.
e.    Observasi ibu untuk adanya reaksi merugikan seperti Tinnitus, mengantuk dan bicara tidak jelas.
f.    Pasang kembali tutup filter.
g.   Nadi dan tekanan darah diukur seperti pada pemeriksaan awal, setiap 5 menit selama sedikitnya 20 menit.
h.   Bila perlu posisikan ibu kembali.
i.     Bereskan alat dengan benar.
j.     Dokumentasikan pemberian dan pengaruh serta lakukan tindakan yang sesuai.
k.   Lanjutkan observasi untuk dampak dan efek samping, panggil dokter anestesi bila perlu.

yanty selalu: PENCEMARAN UDARA , DAMPAK DAN SOLUSINYA !!!


KONSEP DASAR PEMBERIAN OBAT

A.    PENGERTIAN DAN TUJUAN PEMBERIAN OBAT
Obat adalah suatu substansi atau bahan yang digunakan untuk mendiagnosa menyembuhkan, mengatasi, membebaskan suatu penyakit dan untuk mendapatkan efek terafeutik namun bila salah dapat mengakibatkan alergi dan shock bahkan kematian oleh karena itu sebagai tenaga kesehatan harus mengetahui betul hal-hal yang berhubungan dengan pemberian obat dan teknik pemberian obat. Obat telah ada dan digunakan oleh manusia sejak zaman dahulu yaitu sejak zaman peradapan kuno. Contohnya orang-orang Mesir pada jaman dahulu telah menggunakan soda, garam besi sebagai bahan obat.
Farmakologi yang berasal dari bahasa latin, pharmakon yang berarti “obat” dan logos  yang berarti “suatu bahasan yang rasional”. Dengan kata lain ilmu yang mempelajari respon makhluk hidup terhadap pemberian obat/zat kimia disebut farmakologi. Bidang farmakolog8i secara rinci dapat dibagi menjadi beberapa bidang antara lain: farmakokinetik, farmakodinamik, farmakoterapeutik dan farmakognosa.
Farmakokinetik adalah suatu proses pergerakan obat untuk mencapai kerja obat. Farmakodinamik merupakan ilmu yang mempelajari efek fisiologis biokimia dan mekanisme obat. Farmakoterapeutik merupakan cabang farmakologi yang mempelajari tentang penggunaan obat. Farmakodiagnosa merupakan ilmu yang membahas sejarah, produksi, perdagangan, pemilihan, identifikasi, preservasi obat yang berasal dari tumbuhan dan hewan.
Farmasi berkaitan dengan pengetahuan yang membahas nilai kimia dan fisik obat dan bentuk dosis obat. Ahli farmasi mempunyai peranan dalam menyiapkan dan meracik obat. Toksikologi merupakan ilmu yang membahas tentang efek racun obat.
ü  Definisi
Ada beberapa definisi dari obat antara lain :
1.      Substansi atau bahan yang digunakan untuk mendiagnosa, menyembuhkan, mengatasi, membebaskan suatu penyakit.
2.      Obat dapat dibuat dari sumber alam atau sistensi oleh pabrik farmasi.
3.      Menurut bahan atau penggunanya obat terdiri dari obat tradisional, kosmetika  dan alat kesehatan serta narkotika.
4.      Zat yang digunakan di dalam diagnose penyakit untuk terapi dan menyembuhkan.
Utama terapi yang digunakan pada klien yang memiliki banyak masalah kesehatan.
Obat adalah suatu zat yang digunakan untuk suatu diagnose, pengobatan, penyembuhan, perbaikan kondisi, pengurangan rasa sakit dan pencegahan terhadap suatu penyakit menusia ataupun hewan.
ü  Tujuan Dari Pemberian Obat
1.      Membantu mengurangi rasa sakit
2.      Membantu menegakkan diagnose
3.      Mencegah dan mengobati penyakit
4.      Memberikan ketengan dan rasa puas pada klien
ü  Mekanisme Kerja Obat
Pada umumnya obat yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami 4 proses :
1.      Absorpsi
Adalah proses obat yang memasuki sirkulasi cairan obat.
Suatu variable yang utama adalah rute pemberian obat, absorpsi oral terjadi pada saat partikel-partikel obat keluar dari saluran gastrointestinal (lambung dan usus halus) cairan tubuh.
Setiap gangguan Gastro Intestinal (GI) akan mempengaruhi absorpsi obat, missal: diare, muntah.
2.      Distribusi
Adalah proses obat diangkut kearea dimana obat dirapkan bereaksi atau di simpan di dalam tubuh.
Pengikat dengan prot merupakan perubahan utama dan distribusi obat dalam tubuh.
3.      Metabolism atau transformasi
Adalah proses dimana obat diubah menjadi bentuk kurang aktif.
Semua bayi khususnya neonates dan bayi dengan BBLR, yang mempunyai fungsi hati dan ginjal yang belum matang.
Demikian dengan orang lansia yang sudah kehilangan sebagai fungsi ginjalnya. Juga pengaruh dengan ginjal yang terganggu.


4.      Eksresi
Adalah proses dimana obat dikeluarkan dari tubuh.
Rute utama dari eksresi obat adalah memulai ginjal, empedu, feses, paru-paru, saliva dan keringat juga merupakan rute eksersi obat.

ü  Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kerja Dan Reaksi Obat
Respon farmakologi terhadap suatu obat bersifat kompleks. Bidan harus ingat jumlah dan macam-macam faktor yang mempengaruhi respon individu terhadap suatu obat. Contoh-contoh dari faktor-faktor yang mengubah respon terhadap obat adalah :
1.      Absorpsi
Suatu variable yang utama adalah rute pemberian obat, absorpsi oral terjadi pada saat partikel-partikel obat ke luar dari saluran gastrointestinal (lambung dan usus halus) menuju cairan tubuh. Setiap gangguan Gastro Intestinal (GI) akan mempengaruhi absropsi obat, missal: diare, muntah.
2.      Distribusi
Pengingat dengan protein merupakan perubahan utama dari distribusi obat dalam tubuh. Propanolol (inderal) berikatandengan protein sebanyak 90%. Faktor lain adalah sawar darah otak yang hanya dapat menerima obat-obat yang larut dalam lemak, seperti anestetik umum danbarbirate, untuk masuk ke dalam otak dan cairan serebro spinalis. Senyawa yang bermuatan kuat dan sangat sedikit larut dalam lemak dihambat untuk masuk kedalam otak. Agen-agen neoplastik adalah contoh obat yang tidak dapat melewati sawar darah otak. Sawar plasenta merupakan membrane yang sebagaian besar darinya yang memisahkan darah ibu dengan anak. Tetapi obat-obatan yang bersifat larut dalam lemak maupun yang larut dalam air dapat berdifusi menembus plasenta. Beberapa obat mempunyai efek teratogenik jika dipakai dalam trimester pertama kehamilan: yaitu obat-obat yang dapat menyebabkan penyimpangan perkembangan organ atau sistem-sistem tubuh ini terjadi terutama …………………… dipakai pada masa minggu keempat sampai ……………………..
3.      Metabolisme atau biotransformasi
Semua bayi khususnya neonates dan bayi dengan BBLR, yang mempunyai fungsi hati dan ginjal yang belum matang. Demkian dengan orang lansia yang sudah kehilangan sebagai fungsi sel ginjalnya. Juga pengaruh denga fungsi ginjal ini juga berpengaruh pada metabolism obat.
4.      Eksresi
Rute utama dari eksresi obat adalah memulai ginjal, empedu, feses, paru-paru, saliva dan keringat juga merupakan rute eksresi obat.
5.      Usia
Bayi dan usia lanjut lebih sensitive terhadap obat-obatan barbiturate dan penekanan SSP. Klien seperti ini mempunyai absorpsi sangat buruk melalui (GI) akibatnya berkurang sekresi lambung. Dosis bayi dihitung berdasarkan berat badan dalam kilogram daripada berdasarkan usia biologis atau gestasionalnya.
6.      Berat badan
Dosis obat, (missal: antineoplastik) dapat diberikan sesuai dengan berat badan. Orang yang obesitas mungkin memerlukan dosis, dan orang yang sangat kurus mungkin memerlukan sangat sedikit.
7.      Seks atau jenis kelamin
Perbedaan respon obat pada pria dan wanita terjadi karena perbedaan distribusi lemak serta cairan tubuh pada pria dan wanita. Wanita mempunyai lemak lebih banyak umunya obat lebih cepat larut dalam air sehingga lebih banyak mengabsorpsi obat tersebut dengan cepat. Obat lebih mudah larut dalam lemak pada wanita.
8.      Genetik
Daya sensitifitas terhadap obat dapat terjadi karena faktor genetik. Reaksi seseorang terhadap obat berbeda-beda akibat faktor genetic.
9.      Toksisitas
Istilah ini merujuk pada gejala merugikan, pertama yang terjadi pada dosis tertentu. Toksisitas lebih sering terjadi pada orang-orang yang mempunya gangguan hati atau ginjal dan pada orang yang muda dan tua.


10.  Farmakoginetik
Istilah ini mempengaruhi faktor-faktor genetik terhadap respon obat.
Jika ibu atau ayah anda mempunyai reaksi yang merugikan terhadap suatu obat maka mungkin anda akan mengalami hal yang sama.
11.  Rute pemberian
Obat yang diberikan intravena bekerja lebih cepat darip[ada yang diberikan peroral.
12.  Saat pemberian
Ada atau tidaknya makanan di dalam lambung dapat mempengaruhi kerja beberapa obat.
13.  Faktor emosional
Komentar-komentar yang sugestif mengenai obat dan efek sampingnya dapat mempengaruhi efek obatnya.
14.  Adanya penyakit
Gangguan hati, ginjal, jantung, sirkulasi dan GI  adalah contoh-contoh dari keadaan yang telah ada yang mempengaruhi respon terhadap obat. Contoh: pendidikan DM tidak boleh diberikan eliksir sirop yang mengandung gula.
15.  Lingkungan
Lingkungan dapat merubah obat (misalnya: cahaya) kepribadian dan lingkungan klien. Lingkungan fisik dapat pula mempengaruhi, umpamanya suhu lingkungan tinggi menyebabkan pembuluh darah perifer melebar sehingga dapat ,mengakibatkan daya kerja vasodilator pada temperatur lingkungan yang tinggi/ meningkat reaksi obat akan meningkat karena terjadi vasodilator khusus obat kulit
16.  Riwayat obat
Penggunaan obat yang sama atau berbeda dapat mengurangi atau menambah efek dari obat
17.  Toleransi
Kemampuan klien untuk berespon terhadap dosis tertentu dari suatu obat dapat hilang setelah beberapa hari atau minggu setelah pemberian obat. Suatu kombinasi suatu obat-obatan dapat diberikan untuk mrgurangi atau menunda terjadinya toleransi terhadap obat tertentu.
18.  Efek penumpukan
Ini terjadi jika obat dimetabolisme atau dieksresi lebih lambat dari pada kecepatan pemberian obat
19.  Interaksi obat-obatan
Efek kombinasi obat dapat lebih besar, sama, atau lemah dari pada efek obat tunggal. Beberapa obat mungkin bersaing untuk menduduki tempat reseptor yang sama. Reaksi yang merugikan dapat menyebabkan toksisitas atau komlikasi, seperti anafilaksis.

B.     BENTUK OBAT DAN JENIS OBAT MENURUT KHASIAT
Bentuk-bentuk dan Jenis Obat
1.      Kapsul : obat dalam bentuk bubuk, cair atau minyak yang dibungkus dengan gelatin.
2.      Pil : satu atau lebih dari satu obat yang dicampur dengan bahan kohesif dalam bentuk lonjong, bulat atau lempengan pil jarang digunakan
3.      Tablet : obat bubuk yang dikompresi dalam cakram/silider, yang mengandung obat utama, zat pemikat, zat pemisah, lubrikan dan zat pengisi  
4.      Tablet bersalut : yang diberi penyalut yaitu dilapisi bahan yang tidak larut dalam lambung, larutan dalam usus
5.      Kaplet : obat bubuk yang dipadatkan yang berbentuk lonjong seperti kapsul dan bersalut sehingga dapat lebih mudah ditelan.
6.      Sirup : larutan obat cair yang mengandung gula
7.      Puyer : obat yang ditumbuk halus
8.      Elixir : larutan manis berbau harum dari alcohol yang dipakai untuk campuran atau penghantar obat
9.      Suspense : beberapa macam obat atau lebih dari satu obat yang dilarutkan dengan baik dalam air
10.  Krim : obat semi padat yang padat yang dapat dipakai dikulit dengan dioleskan
11.  Salep : sediaan obat dalam bentuk semi padat
12.  Lotion : sediaan obat berupa emoil yang jernih dipakai dikulit
13.  Liniment : larutan cairan berminyak yang dipakai di kulit
14.  Larutan : zat berkhasiat dalam aqua atau pelarut


PEMBERIAN OBAT

1)      PEMBERIAN OBAT SECARA ORAL
Pengertian
Memberikan obat melalui mulut
Tujuan
·         Menyediakan obat yang memiliki efek local atau sistemik melalui saluran gastrointestinal
·         Menghindari pemberian obat yang dapat menyebabkan kerusakan kulit dan jaringan
·         Menghindari pemberian obat yang dapat menyebabkan nyeri
Fokus perhatian
Alergi terhadap obat, kemampuan klien untuk menelan obat, adanya muntah dan diare yang dapat mengganggu absorbs obat, efek samping obat, interaksi obat, kebutuhan pembelajaran mengenai obat yang diberikan.
Persiapan alat
·         Baki berisi obat-obatan atau kereta dorong obat (bergantung pada sarana yang ada)
·         Kartu atau buku rencana pengobatan
·         Mangkuk sekali pakai untuk tempat obat
·         Pemotong obat (jika diperlukan)
·         Martil dan lumping penggerus (jika diperlukan)
·         Gelas pengukur (jika diperlukan)
·         Gelas dan air minum
·         Sedotan
·         Sendok
·         Pipet
·         Spuit sesuai ukuran mulut anak-anak
Prosedur pelaksanaan
1.      Siapkan peralatan dan cuci tangan
2.      Kaji kemampuan klien untuk dapat minum obat per oral (kemampuan menelan, mual atau muntah, adanya program NPO/ tahan makan dan minum, akan dilakukan pengisapan lambung, tidak terdapat bunyi usus)
3.      Periksa kembali order pengobatan (nama klien, nama dan dosis obat, waktu dan cara pemberian), periksa tanggal kedaluwarsa obat. Jika ada keraguan pada orderan pengobatan, laporkan pada perawat berwenang atau dokter sesuai dengan kebijakan masing-masing institusi.
4.      Ambil obat sesuai keperluan (baca order pengobatan dan ambil obat di almari, rak, atau lemari es sesuai yang diperlukan)
5.      Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. Siapkan jumlah obat yang sesuai dengan dosis yang diperlukan tanpa mengontaminasi obat (gunakan teknik aseptic untuk menjaga kebersihan obat).
ü  Tablet dan kapsul
·         Tuangkan tablet atau kapsul dengan takaran sesuai kebutuhan ke dalam mangkuk sekali pakai tanpa menyentuh obat.
·         Gunakan alat pemotong tablet (jika perlu) untuk membagi obat sesuai dengan dosis yang diperlukan. Buang bagian tablet yang tidak digunakan atau sesuai dengan kebijakan institusi masing-masing.
·         Jika klien mengalami kesulitan untuk menelan, gerus obat menjadi bubuk dengan menggunakan martil atau lumping penggerus. Stelah itu, campurkan dengan menggunakan air atau makanan.
Cek dengan bagian farmasi sebelum menggerus obat. Bebrapa obat tidak boleh digerus karena memengaruhi daya kerjanya.
ü  Obat dalam bentuk cair
·         Putar/bolak-balik obat agar tercampur rata sebelum dituangkan. Buang obat jika telah berubah warna atau menjadi lebih keruh.
·         Buka penutup botol dan letakkan menghadap keatas.
Menghindari kontaminasi pada tutup botol bagian dalam
·         Pegang botol obat sehingga sisi labelnya akan berada pada telapak tangan Anda kemudian tuangkan obat jauh dari label.
Mencegah label menjadi rusak akibat tumpahan cairan obat sehingga label tidak dapat dibaca dengan tepat.
·         Tuangkan obat dengan takaran sesuai kebutuhan ke dalam mangkuk obat berskala.
·         Sebelum menutup botol usap bagian bibir botol dengan kertas tisu.
Mencegah tutup botol dulit dibuka kembali akibat cairan obat yang mengerin pada tutup botol
·         Jika jumlah obat yang diberikan hanya sedikit (kurang dari 5 ml), gunakan spuit steril tanpa jarum untuk mengambilnya dari botol.
6.      Berikan obat pada waktu dan dengan cara yang benar :
ü  Identifikasi klien dengan tepat
ü  Jelaskan tujuan dan daya kerja obat dengan bahas yang dapat dipahami oleh klien.
ü  Atur posisi duduk. Jika tidak memungkinkan, atur posisi lateral.
Posisi ini membantu mempermudah untuk menelan dan mencegah aspirasi
ü  Kaji tanda-tanda vital jika diperlukan (pada obat-obat tertentu):
Ø  Ukur nadi sebelum pemberian digitalis, ukur tensi sebelum pemberian obat penurun tensi, ukur frekuensi pernafasan sebelum pemberian narkotik.
Ø  Jika hasilnya diatas atau di bawah normal, laporkan kepada dokter yang bersangkutan.
ü  Beri klien air yang cukup untuk menelan obat. Jika sulit menelan, anjurkan klien meletakkan obat dilidah bagian belakang anjurkan minum.
Stimulasi lidah bagian belakang akan menimbulkan reflex menelan.
ü  Jika rasa obat tidak enak, minta klien untuk menghisap beberapa butir es batu sebelum minum obat atau berikan obat dengan dicampur jus apel,pisang,atau air gula.
ü  Jika klien mengatakan obat yang Anda berikan berbeda dengan obat yang diberikan pada hari-hari sebelumnya, obat jangan Anda berikan terlebih dahulu sebelum Anda ,mengecek ulang pada buku catatan obat.
ü  Tetap bersama klien sampai obat ditelan habis.
7.      Catat obat yang telah diberikan, meliputi nama dan dosis obat, setiap keluhan, dan tanda tangan Anda. Jika obat tidak dapat masuk akan dimuntahkan, catat secara jelas alasanya dan tindakan perawat yang sudah dilakukan sesuai ketentuan institusi.
8.      Kembalikan peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar. Buang alat-alat sekali pakai kemudian cuci tangan.
9.      Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada klien (biasanya 30 menit setelah pemberian obat)

ü  Pemberian obat kepada bayi dan anak-anak
·         Pilih saran yang tepat untuk mengukur dan memberikan obat pada bayi dan anak-anak. (mangkuk plastic sekali pakai, pipet tetes, sendok, spuit plastic tanpa jarum, atau spuit tuberkulin).
·         Cairkan obat oral dengan sedikit air.
Agar mudah ditelan. Jika menggunakan air yang banyak, anak mungkin akan menolak meminum seluruh obat yang diberikan dan meminum hanya sebagia.
·         Gerus obat yang berbentuk padat/tablet dan campurkan dengan zat lain yang dapat merubah rasa pahit, misalnya madu, pemanis buatan
·         Posisikan bayi setengah duduk dan berikan obat pelan-pelan.
Mencegah aspirasi.
·         Jika menggunakan spuit, letakkan spuit sepanjang sisi lidah bayi.
Posisi ini mencegah ganging (reflex muntah) dan pengeluaran kembali obat yang diberikan.
·         Dapatkan informasi yang bermanfaat dari orang tua anak mengenai bagaimana memberikan obat yang paling baik pada anak yang bersangkutan.
·         Jika anak tidak kooperatif selama pemberian obat, lakukan langkah-langkah berikut  
·         Setelah obat diminum, ikuti dengan memberikan minuman air atau minuman lain yang dapat menghilangkan rasa obat yang tersisa.
·         Lakukan hygiene oral setelah anak-anak minum obat disertai pemanis
Pemanis yang tersisa di mulut dapat menyebabkan anak berisiko tinggi mengalami karies dentis

ü  PEMBERIAN OBAT SECARA SUBLINGUAL
Pengertian
Pemberian obat dengan cara meletakkannya dibawah lidah sampai habis diabsorbsi ke dalam pembuluh darah.
Tujuan
·         Memperoleh efek local dan sistemik
·         Memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat dibandingkan secara oral.
·         Menghindari kerusakan obat oleh hepar.
Prosedur pelaksanaan
Secara umum persiapan dan langkah-langkahnya sama dengan pemberian obat oral secara oral. Hal yang perlu diperhatikan adalah klien perlu diberi penjelasan untuk meletakkan obat dibawah lidah, obat tidak boleh ditelan, dan biarkan berada di bawah lidah sampai habis diabsorbsi seluruhnya.

2)      PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL
Pengertian
Pemberian obat melalui jaringan atau pembuluh darah dengan menggunakan spuit 
Tujuan
·         Mendapatkan reaksi yang lebih cepat dibandingkandengan cara yang lain.
·         Memperoleh reaksi setempat (tes alergi)
·         Membantu menegakkan diagnosis (penyuntikan zat kontras).
·         Memberikan zat imunologi.

ü  MENYIAPKAN OBAT DARI AMPUL
Perpisahan alat
·         Catatan pemberian obat atau kartu obat
·         Ampul obat sesuai resep
·         Spuit dan jarum yang sesuai
·         Jarum steril ekstra (jika perlu)
·         Kapas alcohol
·         Kasa steril
·         Baki obat
·         Gergaji ampul (jika perlu)
·         Label obat
·         Bak spuit
·         Bengkok
Prosedur pelaksanaan
1.      Cuci tangan
2.      Siapkan alat-alat
3.      Periksa label obat dengan catatan pemberian obat sesuai dengan prinsip “lima benar”
4.      Lakukan perhitungan dosis sesuai kebutuhan
5.      Pegang ampul dan turunkan cairan diatas leher ampul dengan cara menjentikakan jari tangan pada leher ampul beberapa kali atau dengan cara memutar ampul dengan tangan searah jarum jam
Dengan cara ini, seluruh obat pada ampul akan turun pada bagian bawah dari ampul.
6.      Letakkan kasa steril diantara ibu jari tangan Anda dengan ampul kemudian patahkan leher ampul ke arah menjauhi Anda dan orang sekitar.
Kasa steril akan melindungi diri Anda dari pecahan kaca ampul dan menjaga bagian dalam ampul tetap steril.
Ataupun usapkan kapas alcohol disekitar leher ampul kemudian patahkan leher ampul ke arah menjauhi Anda dan orang disekitar Anda. Jika ampul sulit dipatahkan dengan cara biasa, gunakan gergaji ampul.
7.      Buang leher ampul pada tempat khusus.
8.      Yempatkan ampul pada permukaan yang datar.
9.      Buka penutup jarum spuit kemudian masukkan jarum ke dalam ampul tepat di bagian tengah ampul.
Mencegah jarum menyentuh bagian tepi dari botol ampul, mengurangi risiko jarum terkontaminasi.
10.  ………….
11.  Keluarga jarum dari ampul, tutup kembali jarum spuit dengan teknik yang benar.
12.  Jika terdapat gelembung udara pada spuit
·         Pegang spuit secara vertikal dengan jarum menghadap ke atas
·         Tarik plunger ke bawah dan jentikkan spuit dengan jari
·         Dorong plunger perlahan keatas untuk mengeluarkan udara, tetapi agar tidak mengeluarkan larutan 
13.  Periksa kembali jumlah larutan yang ada pada spuit, bandingkan dengan volume yang dibutuhkan.
14.  Bandingkan label obat dengan catatan pemberian obat
15.  Jika perlu, ganti jarum spuit yang baru jika obat dapat mengiritasi kulit
16.  Beri label spuit dengan label obat yang sesuai
17.  Tempatkan spuit (dalam bak spuit), kapas alkohol, dan kartu obat diatas baki
18.  Buang atau simpan kembali peralatan yang tidak diperlukan
19.  Cuci tangan  

ü  MACAM-MACAM PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL
Injeksi Intradermal
Pengertian
Injeksi intradermal adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat kedalam jaringan dermis  dibawah epidermis kulit dengan menggunakan spuit.
Tujuan
·         Memasukkan sejumlah toksin atau obat yang disimpan dibawah kulit untuk diabsorbsi
·         Metode untuk tes diagnostik terhadap alergi atau adanya penyakit-penyakit tertentu
Tempat injeksi
·         Lengan bawah bagian dalam
·         Dada bagian atas
·         Punggung dibawah skapula
Persiapan alat
·         Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
·         Kapas alkohol
·         Sarung tangan sekali pakai (bersih)
·         Obat yang sesuai
·         Spuit 1 ml dengan ukuran 25,26, atau 27, panjang jarum 1/4 - 5/8  inci
·         Pulpen / spidol
·         Bak spuit
·         Baki obat
·         Bengkok
Prosedur pelaksanaan
1.      Cuci tangan.
2.      Siapkan obat sesuai dengan prinsip “lima benar”.
3.      Identifikasi klien.
4.      Beritahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan.
5.      Atur klien pada posisi yang nyaman.
6.      Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan, atau rasa gatal.
Menghindari gangguan absorbs obat atau cidera dan nyeri yang berlebihan.
7.      Pakai sarung tangan
8.      Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan gerakan sirkular dari arah dalam ke luar dengan diameter sekitar 5 cm. Tunggu sampai kering.
Metode ini dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang mengandung mikroorganisme.
9.      Pegang kapas alcohol dengan jari …………………………………………………… nondominan.
10.  Buka tutup jarum
11.  Tempatkan ibu jari tangan nondominan sekitar 2,5 cm di bawah area penusukan kemusian tarik kulit.
12.  Dengan ujung jarum menghadap ke atas dengan menggunakan tangan dominan, masukkan jarum tepat dibawah kulit dengan sudut 15o.
13.  Masukkan obat perlahan-lahan, perhatikan adanya jendelan (jendelan haru terbentuk).
14.  Cabut jarum dengan sudut yang sama ketika jarum dimasukkan
15.  Usap pelan-pelan area penyuntikan dengan kapas alkohol (jangan melakukan masase pada area penusukan)
16.  Buat lingkaran dengan diameter 2,5 cm disekitar jendelan dengan menggunakan pulpen. Instruksikan klien untuk tidak menggosok area tersebut
17.  Observasi kulit untuk mengetahui adanya kemerahan atau bengkak. Untuk tes alergi, observasi adanya reaksi sistemik (misalnya, sulit bernafas, berkeringat dingin, pingin, mual, dan muntah)
18.  Kembalikan posisi klien
19.  Baung peralatan yang sudah tidak diperlukan
20.  Buka sarung tangan
21.  Cuci tangan
22.  Dokumentasi tindakan yang telah dilakukan
23.  Kaji kembali klien dan tempat injeksi setelah 5 menit, 15 menit, dan selanjutnya secara periodik.

ü  Injeksi Subkutaneus  
Pengertian
Injeksi sukutaneus adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam jaringan dibawah kulit dengan menggunakan spuit.
Tujuan
Memasukkan sejumlah toksin atau obat pada jaringan subkutan di bawah kulit diabsorbsi
Tempat injeksi
·         Tangan atas bagian luar
·         Paha anterior
·         Daerah abdomen
·         Area scapula pada punggung atas
·         Daerah ventroglugluteal dan dorsogluteal bagian atas


v  PERECTAL PEMBERIAN OBAT MELALUI VAGINA
Pengertian
Memberikan sejumlah obat ke dalam vagina
Tujuan
·         Mengobati infeksi pada vagina
·         Menghilangkan nyeri, rasa terbakar, dan ketidaknyamanan pada vagina
·         Mengurangi peradangan
Persiapan alat
·         Obat sesuai yang diperlukan (krim, jelly, foam, atau supositoria)
·         Aplikator untuk krim vagina
·         Pelumas untuk supositoria
·         Sarung tangan sekali pakai
·         Pembalut
·         Handuk bersih
·         Gorden/sampiran


Prosedur pelaksanaan
1.      Cek kembali order pengobatan mengenai jenis pengobatan, waktu, jumlah, dan dosis obat.
2.      Siapkan klien
3.      Pakai sarung tangan
4.      Inspeksi orifisium vagina, catat adanya pengeluaran, bau, atau rasa tidak nyaman
5.      Lakukan perawatan perineal
Pemberian supositoria
1.      Buka bungkus alumunium foil supositoria dan oleskan sejumlah pelumas yang larut dalam air pada ujung supositoria yang bulat dan halus. Lumaskan jari telunjuk yang telah dipasang sarung tangan dari tangan dominan.
Mengurangi friksi terhadap permukaan mukosa selama insersi.
2.      Dengan tangan nondominan yang sudah terpasang sarung tangan, regangkan lipatan labria.
Memanjakan orifisium vagina.
3.      Masukkan supositoria sekitar 8-10 cm sepanjang dinding vagina posterior.
Memastikan distribusi obat yang merata sepanjang dinding rongga vagina.
4.      Tarik jari tangan dan bersihkan pelumas yang tersisa disekitar orifisium dan labia.
5.      Minta klien untuk tetap berada pada posisi tersebut selama 5-10 menit setelah insersi
Memungkinkan obat meleleh dan diabsorbsi ke dalam mukosa vagina
6.      Tawarkan pembalut perineal sebelum klien melakukan ambulasi
Memberikan kenyamanan klien
7.      Lepaskan sarung tangan dan buang ke dalam tempat yang sesuai
8.      Cuci tangan
9.      Kaji respons klien
10.  Dokumentasi seluruh tindakan
Pemberian krim vagina, jelly, atau foam/ busa
1.      Isi aplikator, ikuti petunjuk yang tertera pada kemasan.
Dosis ditentukan berdasarkan pada volume yang terdapat dalam aplikator
2.      Regangkan lipatan labia secara perlahan dengan tangan nondominan bersarung tangan.
3.      Dengan tangan dominan yang telah memakai sarung tangan, masukkan aplikator kedalam vagina ±5 cm. dorongpenarik aplikator untuk mengeluarkan obat hingga aplikator kosong.
4.      Tarik aplikator dan letakkan di atas handuk. Bersihkan sisa krim pada labia dan orifisium vagina.
5.      Baung aplikator atau bersihkan kembali sesuai petunjuk penggunaan dari pabrik pembuatanya.
6.      Instruksikan klien untuk tetap berada pada posisi semula selama 5-10 menit.
7.      Lepaskan sarung tangan dan buang ditempat semestinya.
8.      Cuci tangan
9.      Kaji respon klien.
10.  Dokumentasi semua tindakan.

v  PEMBERIAN OBAT SUPOSITORIA MELALUI RECTAL
Pengertian
Memberikan sejumlah obat ke dalam rectum dalam bentuk supositoria.
Tujuan
·         Memperoleh efek pengobatan secara local maupun sistemik.
·         Melunakan feses sehingga mudah untuk dikeluarkan.
Persiapan alat
·         Kartu obat
·         Supositoria rectal
·         Jeli pelumas
·         Sarung tangan sekali pakai
·         tisu
Prosedur pelaksanaan
1.      periksa kembali order pengobatan mengenai jenis pengobatan, waktu, jumlah, dan dosis obat.
2.      Siapkan klien.
·         Identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan namanya.
·         Berikan penjelasan pada klien dan jaga privasi
·         Atur posisi klien dalam posisi Sims dengan tungkai bagian atas fleksi kedepan
·         Tutup dengan selimut mandi dan pejankan area perineal saja.


3.      Kenakan sarung tangan.
4.      Buka supositoria dari kemasanya dan beri pelumas pada ujung bulatnya denga jeli. Beri pelumas sarung tangan pada jari telunjuk dari tangan dominan Anda
5.      Minta klien untuk menarik nafas dalam melllalui mulut dan untuk merelakskan sfringter ani.
6.      Regangkan bokong klien dengan tangan nondominan. Dengan jari telunjuk yang tersarungi, masukkan supositoria kedalam anus, melalui stringfer ani dan mengenai dinding rectal 10 cm pada orang dewasa dan 5 cm pada bayi dan anak-anak.
Supositoria harus diletakkan mengenai mukosa rectal untuk absorbs dan kerja terapeutik.
7.      Tarik jari Anda dan bersihkan area anal klien
8.      Anjurkan klien untuk tetap berbaring terlentang atau miring selama 5 menit.
Mencegah keluarnya supositoria
9.      Jika supositoria mengandung laksatif atau pelunak feses, letakkan tombol pemanggil dalam jangkauan klien.
Agar klien dapat mencari bantuan untuk mengambil pispot atau ke kamar mandi
10.  Buang sarung tangan pada tempatnya dengan benar
11.  Cuci tangan
12.  Kaji respon klien
13.  Dokumentasi seluruh tindakan